Pemilihan Raya (Pemira) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam menyaring calon presiden (capres) dianalogikan sederhana oleh Anis Matta. Proses pencapresan di PKS diibaratkan seperti lagu dangdut Rhoma Irama. "Mirip lagu dangdut Bang Haji yang berjudul Malam Minggu,” ujarnya sambil senyum ramah. Perumpaman guyonan tapi serius itu disampaikan Anis di hadapan 4500 kader PKS Jatim dalam acara pengukuhan Gas Pol (Gerakan Amal Sholeh Politik) Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Jatim, Sabtu (21/22/2013).
Bagi Anis Matta, Pemilu dan pencapresan adalah sebuah pesta yang semua orang boleh ikut, apalagi buat PKS. “Bagi mereka yang punya uang, pestanya bisa makan-makan di restoran. Tapi bagi mereka yang tak punya uang, nongkrongnya di pinggir jalan, di warung kopi,“ ujarnya disambut tawa hadirin.
“Jadi biarlah mereka menjalankan konvensi capres dan lain-lain, tapi di PKS kita memilih mengadakan pemilihan capres dengan gaya warung kopi. Siapa tahu, justru nanti mereka yang sedang pesta di restoran, lama-lama malah tertarik ikut nongkrong di warung kopi. Awalnya satu dua yang ikut, tapi lama-lama banyak," tutur Anis.
Anis mengatakan adanya musibah yang dialami belakangan ini tidak lantas membuat partainya menjadi kerdil. Sebaliknya, pasca musibah itu PKS justru mampu memenangkan 30 wakilnya di Pilkada seluruh Indonesia. "Ini serial kemenangan-kemenangan di tengah badai. Semoga bisa disempurnakan di Pileg April 2014 dan Pilpres Juli 2014," katanya.
Menyinggung tentang namanya yang juga masuk dalam daftar capres, Anis mengatakan, dirinya di antara dua opsi, yakni percaya diri dan tahu diri. "Dari dua opsi itu, saya pilih tahu diri karena saya bukan dari suku mayoritas (Jawa). Tapi saya apresiasi DPW PKS Jatim yang mengajukan saya sebagai kandidat," imbuhnya.
Anis lebih tertarik untuk membangun sistem dahulu dan mengajukan kandidat capres lain, seperti Ahmad Heryawan maupun mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang dianggap lebih berpeluang karena berasal dari suku terbesar, yakni Sunda dan Jawa.
"Yang penting maju semua. Ini sangat memungkinkan karena ciri pemilih kita adalah pemilih last minute sehingga perolehan suara tidak bisa dijangkau survei," ungkapnya.
sumber : http://www.pks.or.id
Bagi Anis Matta, Pemilu dan pencapresan adalah sebuah pesta yang semua orang boleh ikut, apalagi buat PKS. “Bagi mereka yang punya uang, pestanya bisa makan-makan di restoran. Tapi bagi mereka yang tak punya uang, nongkrongnya di pinggir jalan, di warung kopi,“ ujarnya disambut tawa hadirin.
“Jadi biarlah mereka menjalankan konvensi capres dan lain-lain, tapi di PKS kita memilih mengadakan pemilihan capres dengan gaya warung kopi. Siapa tahu, justru nanti mereka yang sedang pesta di restoran, lama-lama malah tertarik ikut nongkrong di warung kopi. Awalnya satu dua yang ikut, tapi lama-lama banyak," tutur Anis.
Anis mengatakan adanya musibah yang dialami belakangan ini tidak lantas membuat partainya menjadi kerdil. Sebaliknya, pasca musibah itu PKS justru mampu memenangkan 30 wakilnya di Pilkada seluruh Indonesia. "Ini serial kemenangan-kemenangan di tengah badai. Semoga bisa disempurnakan di Pileg April 2014 dan Pilpres Juli 2014," katanya.
Menyinggung tentang namanya yang juga masuk dalam daftar capres, Anis mengatakan, dirinya di antara dua opsi, yakni percaya diri dan tahu diri. "Dari dua opsi itu, saya pilih tahu diri karena saya bukan dari suku mayoritas (Jawa). Tapi saya apresiasi DPW PKS Jatim yang mengajukan saya sebagai kandidat," imbuhnya.
Anis lebih tertarik untuk membangun sistem dahulu dan mengajukan kandidat capres lain, seperti Ahmad Heryawan maupun mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang dianggap lebih berpeluang karena berasal dari suku terbesar, yakni Sunda dan Jawa.
"Yang penting maju semua. Ini sangat memungkinkan karena ciri pemilih kita adalah pemilih last minute sehingga perolehan suara tidak bisa dijangkau survei," ungkapnya.
sumber : http://www.pks.or.id