
Ada yang terlewat untuk saya tuliskan setelah ‘hiruk-pikuk’ Pemilukada
Jawa Barat berakhir pada tanggal 24 Februari lalu. Setelah gubernur dan
wakil gubernur terpilih ditetapkan, ada satu hal yang tiba-tiba saya
ingat. Mau tahu ^^?
Ketika menjadi Ketua KPPS 63, saya diwajibkan untuk menerima kehadiran
saksi dari tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur peserta
Pemilukada. Harusnya, ada lima orang saksi yang hadir di TPS. Namun
hanya ada tiga saksi yang hadir, yaitu dari pasangan nomor 3 (Dede
Yusuf-Lex Laksamana), nomor 4 (Aher-Deddy), dan nomor 5 (Rieke-Teten).
Dari ketiga saksi tersebut, saya begitu terkesan dengan saksi nomor 4.
Setelah saya ‘usut’, ternyata saksi nomor 4 ini adalah seorang kader
PKS. Ya, sudah sama-sama tahu lah kita, kalau pasangan nomor 4 diusung
oleh partai dakwah itu. Pak Rusdi, begitu saya memanggilnya, ternyata
sudah tiba terlebih dulu di TPS daripada saya! Beliau saksi yang datang
paling pertama, sekitar pukul 06.30. Sedangkan dua saksi lain malah
datang ‘ngaret’ ( di atas pukul 7.00). Sembari menunggu TPS dibuka,
beliau membantu saya dan panitia lainnya untuk ‘beberes’ TPS. Kurang
baik apa coba?
Tidak seperti saksi yang lain, beliau tak langsung pulang setelah
penghitungan suara usai. Beliau ‘mengantarkan’ saya dan panitia untuk
menyerahkan kotak suara ke kelurahan. Tanpa canggung, beliau juga
membantu untuk membawakan bilik suara yang tertinggal di TPS.
Ada satu hal lagi yang membuat beliau terlihat ‘istimewa’. Hanya beliau
satu-satunya saksi yang makan siangnya diantarkan oleh kawannya yang
ternyata juga sama-sama kader PKS. “Ya, inilah enaknya di PKS, kita
saling membantu…”, katanya singkat.