Kalau saja saat ini terjadi kehancuran atas bangsa ini, tentu nanti akan ada Fir’aun atau Musa as. Ada Fir’aun yang tenggelam lantas karam dan ada Musa as yang selamat serta jaya. Saya pribadi dan mewakili hati-hatinya kader PKS (semoga begitu), rasanya tidak merasa semulia Musa as sehingga merasa pasti selamat. Namun juga kami tidak mau seburuk takdir Fir’aun.
Maka, kami tidak merasa perlu membela diri berlebihan dan juga tidak perlu menyalahkan orang lain atau pihak lain berlebihan. Kami hanya akan berbuat lebih baik lagi dari segala yang sudah kami perbuat di lapangan amal kami masing-masing. Baik yang di pusat sampai yang dipelosok.
Sekali lagi, maafkanlah kami…
Maka, marilah kita hadirkan cinta bersama ramadhan ini, kepada bangsa yang sejatinya memiliki rasa penuh kasih sayang dan gotong royong. Maka bangsa yang berhati lembut ini bersama Gajah Mada yang menyatakan sumpah palapa, bersatulah hingga kini dengan besar baik dari wilayah dan jumlah penduduk. Siapa yang tidak iri dengan kebesaran bangsa ini dan siapa lagi yang membela kalau ada yang ingin merusak rasa kasih sayang yang ada diantara kita.
Fahri Hamzah:
“PKS sudah berdiri 15 tahun. Alhamdulillah semua kadernya tidak pernah terlibat dalam kasus seperti ini. Kasus Pak Luthfi adalah yg pertama tetapi mudah2an bebas murni seperti yg lain.”
Tapi, yang penting kami menyadari partai yang berniat bersih tidak boleh cela sedikitpun. Maka kami akan tetap meminta maaf agar tidak ada lagi cela sedikitpun yang mengganggu keputihan niat kami membela bangsa ini menjadi bangsa terbaik dan guru bagi peradaban bangsa ini.
Politik hanyalah cara, ia hanya sub sistem dari rencana perbaikan bangsa dan peradaban manusia. Maka, bila masih ada cara kami yang melukai satu saja orang yang berada dekat dengan kami; maafkan kami. Kami akan perbaiki lagi cara kami mengajak Anda untuk berbeda pendapat dan sampai kemudian kita bisa berjalan bersama beriringan.
Ibarat lagunya Ahmad Dhani, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku mesti kau tak cinta, kepadaku. Beri sedikit waktu biar cinta datang Karena telah terbiasa…”
Kami mohon maaf, bila kerja kami yang tulus sejauh ini, masih saja ada yang belum merasakannya. Semoga dengan bertambah kuatnya kami, semakin besarnya kami dan semakin banyak amanah yang diberikan kepada kami; bisa semua rakyat dan bangsa ini terlayani oleh kerja tangan kami. Atau bahkan kita rangkaikan dengan kerja tangan Anda semua…
Kami juga meminta maaf dengan penuh rasa hormat, bila dalam proses kami tumbuh membesar atas ridho-Nya; ada yang merasa tidak nyaman. Sungguh dari lubuk hati kami terdalam, kami ingin kemenangan layaknya Rasulullah saw merangkai futuh makkah. Kemenangan yang membuat nyaman siapa saja. Kemenangan yang menjadi milik bersama yang tidak melukai siapapun.
http://politik.kompasiana.com/