Home » » Taujih Presiden PKS Anis Matta: "MENJEMPUT KEMENANGAN"

Taujih Presiden PKS Anis Matta: "MENJEMPUT KEMENANGAN"

Written By Admin on Senin, 16 Desember 2013 | 10.12


TAUJIH PRESIDEN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
UST. HM. ANIS MATTA, LC

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي ألف بين قلوبنا وجعلنا إخوانا متحابين عاملين داعين مجاهدين في سبيله
أحييكم معاشر الإخوان والأخوات جميعا بالتحية الإسلام
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Ikhwan dan akhwat sekalian yang saya cintai.

Alhamdulillah sampailah kita akhirnya pada sesi terakhir dari election update yang telah kita mulai kemarin. Dan Saya mengikuti acara ini dari awal  sampai akhir. Dan merasakan bahwa confidence kita, kepercayaan diri kita, secara kolektif tumbuh jauh lebih bagus dari pada sebelumnya. Ini election update terbaik yang pernah kita adakan dibanding yang pertama dan yang kedua. Kita juga merasakan bahwa  aura dari election update yang ke tiga ini rasaya jauh lebih positif, jauh lebih cerah dan jauh lebih percaya diri dari pada bulan-bulan sebelumnya.

Ikhwah sekalian,
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan tiga hal. Yang pertama adalah pada awal-awal saya diberi amanah sebagai presiden. Hampir semua taujih-taujih yang saya sampaikan, saya menyampaikan satu hal yang sangat penting. Yaitu masalah almuayyasah al ‘amaliyah ma’al qur’aan. Bagaimana kita bermuayyasah (berinteraksi -ed) secara amaliyah dengan alqur’an sepanjang kita menghadapi  semua tantangan, semua badai yang sedang berlangsung.  Karena ini adalah momentum yang paling bagus untuk mentarbiyah diri kita semuanya.  Baik secara  individu maupun secara  jama’iy melalui cobaan-cobaan yang kita hadapi.

Begitu juga –ikhwah sekalian- Saya menyampaikan beberapa surat untuk kita pelajari secara lebih seksama. Dari setiap milestone saya menyebutkan surat-surat yang kita pelajari itu semuanya. Dan Saya kira sedikit atau banyak kita semuanya sudah mendapatkan banyak sekali inspirasi dari surat-surat itu.

Ikhwah sekalian,
Dari pengalaman kita baik dalam muayyasah dengan quran maupun dengan inspirasi yang kita peroleh di lapangan. Saya kira setidak-tidaknya kita mendapatkan tiga hal;

Yang pertama adalah semua tantangan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita itu adalah  merupakan cara Allah SWT untuk meningkatkan kadar keikhlasan ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Atau ikhlaashul ‘ubuudiyah lillaah.  Supaya kita melakukan reorientasi, memperbaiki niat kembali, memperbaiki arah hidup. Bahwa pada akhirnya niat awal kita semuanya terlibat dalam pergerakan ini adalah niat ibadah dan dakwah. Dan niat itu harus terus menerus kita pertahankan dalam semua situasi yang kita hadapi.

Semua cobaan-cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita bertujuan menyadarkan kita kita tentang qudratullah (keMaha berdayaan Allah SWT) sekaligus juga kelemahan kita. Oleh karena itu yang ingin dilihat oleh Allah SWT dari kita semuanya sebagai hambaNya dalam situasi seperti ini adalah Al inkisaar. Al Inkisaar ini adalah orang yang merasa seperti luluh lantak dihadapan Allah SWT. Supaya kita merasakan bahwa pada akhirnya kita ini tidak punya apa-apa di hadapan Allah SWT. Dan pada akhirnya semua daya kita itu adalah pemberian Allah SWT. Saya kira penting masalah-masalah seperti ini untuk kita hadirkan terus menerus dalam sepanjang jalan perjuangan kita semuanya. Supaya semua kelelahan yang telah kita rasakan dalam perjuangan ini. Begitu juga semua pengorbanan yang sudah kita keluarkan tidak hilang sia-sia. Karena dari awalnya kita sadar bahwa ini semuanya untuk Allah SWT.

***

Yang kedua ikhwah sekalian. Pada bulan-bulan inilah, kira-kira dari Februari sampai Sekarang. Sepuluh bulan lamanya. Kita merasakan apa artinya sabar. Dan kalau kita belajar dari qur’an –ikhwah sekalian- sifat yang paling banyak diulangi di dalam qur’an itu adalah sabar. Antum bandingkan kata sabar dalam alqur’an dengan semua akhlak yang lainnya, sabarlah paling banyak terulang. Sehingga para ulama mengatakan sabar itu adalah Ummul Akhlaq (ibunya semua akhlak yang terpuji).

Sabar itu –ikhwah sekalian- dalam  qur’an misalnya berhubungan dengan kemampuan orang untuk survival, untuk bertahan. Misalnya Allah SWT mengatakan :

{ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ} [البقرة: 155

Tanpi antum perhatikan ikhwan-akhwat sekalian. Sebelum Allah sampai pada ayat

{وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 155، 156

Allah SWT mengatakan, antum perhatikan alqur’an menggunakan kata nakirah.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ

Dengan sedikit, tidak banyak. Bi syai-in minal khauf. Rasa takut. Dan saya pikir-pikir hampir kita semuanya sepanjang bulan-bulan ini seperti nasibnya Nabi Musa AS.

{فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ } [القصص: 18

Setelah beliau membunuh orang, maka Nabi Musa  berada dalam kota itu dalam keadaan takut dan waspada, was-was. Bahkan ketika beliau mendapatkan berita bahwa beliau akan dibunuh. Kalimat nya diulangi kembali oleh qur’an:

{فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ } [القصص: 21

Jadi nasib kita ini mirip. Berada dalam tekanan selama berbulan-bulan dan rasanya tidak selesai sampai sekarang. Dan mungkin tidak akan selesai entah sampai kapan. Tapi kita merasakan bahwa kita ada dalam kondisi jiwa yang sama seperti  itu. Dan ini yang dimaksud dalam qur’an.. wanabluwakum bi syai-in minal khaufi wal juu’iy.  Kita juga merasakan keterbatasan sumber daya.  Saya mengatakan kepada banyak ikhwah sepanjang kita melakukan jaulah. Yang ikut beserta saya. Selama kita menghadapi musibah ini sebaiknya kita tidak meminta tolong kepada orang lain. Karena muka kita lagi jelek.  Kita atasi persoalan kita sendiri dengan cara kita sendiri, dengan sumber daya kita sendiri, dengan kantong kita sendiri. Sebab apa yang paling penting untuk kita tunjukkan dalam situasi seperti  itu adalah menjawab pertanyaan mendasar sejauh mana kita bisa bertahan  dalam keadaan dimana kita hanya  benar-benar mengandalkan kemampuan kita sendiri tanpa orang lain. Dan supaya kita membuktikan kepada diri kita dan juga kepada orang lain. Bahwa kita ini serius menolong agama kita sendiri. Serius menolong nilai-nilai perjuangan kita dan cita-cita kita semuanya.

Kadang-kadang ikhwah sekalian,  ada situasi  yang kita hadapi bukan hanya dalam politik, dalam kehidupan dakwah secara umum. Tapi yang sekarang kita rasakan. Ada situasi seperti yang dihadapi oleh nabi Yunus. Terjebak dalam situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh manusia. Coba antum bayangkan seandainya kita berada dalam perut ikan seperti itu dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Tapi tidak mati juga, Cuma kita ada dalam situasi seperti itu.  Yang membuat orang bertahan dalam situasi seperti itu adalah sabar dan tetap berharap. Karena itu kalau kita lihat –ikhwah sekalian- doa nabi yunus itu adalah doa yang sangat sederhana. 

{لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} [الأنبياء: 87

Laa ilaaha ilaa anta subhanaka inni kuntu minazhzhaalimiin.

Itu bukan doa tapi pengakuan dosa. Jadi ada  situasi dimana seperti itu. Dan karena itu ikhwah sekalian, sabarlah yang membuat orang itu bertahan hidup dan survive dalam situasi yang paling sulit. Saya kira kita akan menghadapi tekanan jiwa dan tekanan finansial ini dan juga kekurangan dukungan dst. Sampai kita pemilu. Tetapi kita mesti dari sini mengukur kemampuan kita untuk bertahan. Tapi yang menarik –ikhwah sekalian- sabar ini juga di dalam qur’an dihubungkan dengan kepemimpinan.

{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا} [السجدة: 24

Kenapa Ikhwah sekalian? Apa yang paling berat dalam politik itu adalah waktu kita berada dalam satu situasi dimana satu-satunya hal yang paling bijak yang kita lakukan pada saat itu adalah diam. Itu situasi yang sangat berat. Kita mau bergerak tapi memang situasi menuntut kita diam. Dan itu yang membuat banyak orang melakukan kesalahan dalam politik adalah ketika seharusnya dia diam, dia bergerak. Dan dalam satu hadist Rasulullah saw mengatakan, “akan datang satu fitnah kepada manusia…

الًقَاعِدُونَ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ وَ الْقَائِمُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي

Yang duduk pada waktu itu lebih baik dari pada yang berjalan. Dan yang berjalan pada waktu  lebih baik dari pada yang berdiri.

Jadi ikhwah sekalian, Itu yg membuat orang menjadi pemimpin karena dia mampu mengendalikan diri dalam situasi yang paling sulit seperti itu. Dalam situasi serba kekurangan. Dan karena itu –ikhwah sekalian-, salah satu pengalaman menarik secara spiritual itu adalah pada waktu Rasulullah SAW menghadapi embargo selama tiga tahun. Begitu embargo itu selesai ikhwah sekalian, surat yang turun itu adalah surat adh-dhuha dan surat al insyirah. Dua surat itu semuanya, itu memperkuat nilai-nilai keyakinan Rasulullah SAW tentang hal ini.

Saya merasa penting untuk mengungkap kembali hal ini  -ikhwah sekalian-. Karena kita akan memasuki tahapan-tahapan akhir dari perjuangan kita ini. Dan ini membutuhkan energy yang jauh lebih besar,  kesabaran yang jauh lebih besar. Dan disinilah kita membuktikan apakah kita bisa memimpin atau benar-benar tidak bisa memimpin.

***

Yang ketiga ikhwah sekalian, kita juga merasakan bahwa salah satu sisi penting dari tarbiyah qur’aniyah itu adalah menyadari apa dimaksud oleh quran itu dengan istilah taufik. Karena kita juga tahu dalam politik itu  momentum itu nilai yang sangat penting (timing). Dan yang dimaksud taufik itu adalah

الْتِقاء الإِرَادَةِ الإِلَهِية مَعَ الإِرَادَةِ البَشَرِيَة فِي الزَمَانِ المُنَاسِب وَ الْوَقْتِ الْمُنَاسِبِ وَ الْمَكَانِ المُنَاسِبِ

(iltiqaaul iraadah ilaahiyah ma’al iraadah basyariyah fi zamaanil munaasib wal waqtil munaasib wal makaanil munaasib.)

Bertemunya kehendak Allah daan harapan manusia pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.

Kita semua adalah orang yang percaya kepada takdir. Tetapi kita  tidak pernah tahu apa yang ditakdirkan kepada kita.Sehingga kita adalah orang yang terus menerus berusaha meraba, menemukan, mencari tahu apa sesungguhnya takdir kita itu. Dan saya kira –ikhwah sekalian- pelajaran yang paling penting sepanjang bulan-bulan ini yang saya rasakan setidak-tidaknya secara pribadi adalah bahwa ternyata tingkat ketepatan kita itu tidak pernah benar-benar bisa kita rencanakan. Jadi apa yang kita maksud dengan terburu-buru atau terlambat, timing. Itu tidak pernah kita benar-benar bisa tahu. Dan itu murni sepenuhnya adalah takdir Allah SWT. Sebab kita bergerak  dalam situasi dimana sebagian besar komponen-komponen perubahan itu tidak ada dalam kendali kita.  Dan satu-satunya cara untuk menghadirkan semua komponen-komponen  seperti yang kita inginkan itu adalah menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba dan sisanya menyerahkannya kepada  Allah SWT. Biarlah Dia  yang mengaturnya dengan caranya sendiri.

Seperti sekarang ketika selama dua hari ini kita membicarakan soal capres. Kita tidak tahu apakah ini momentumnya tepat atau tidak. Tetapi yang bisa kita lakukan itu adalah memfirasati zaman, memfirasati waktu. Dan berharap-harap bahwa kira-kira yang ada dalam takdir Allah SWT juga akan begini jadinya.

Tetapi  masalah ini ikhwah sekalian, saya penting menghadirkan makna ini kembali supaya dalam proses pengambilan keputusan kita semuanya dan dalam cara kita melangkah. Kita  menghadirkan tiga makna ini dalam satu rangkaian sekaligus: Ikhlaashul ‘ubuudiyati lillaah, ash-shabru wal mushaabarah dan raja-ut taufiiq ilaahiy.

Karena nilai keputusan ini bisa dianggap tepat pada hari ini dalam pandangan kasat mata kita. Tapi belum tentu tepat bagi kita. Sama seperti ketika orang lain mungkin merencanakan makar kepada kita, dari situlah datangnya makar Allah kepada mereka. Jadi makna-makna ini ikhwah sekalian adalah ma’aani ruuhiyyah. Makna-makna spiritual ini perlu kita hadirkan kembali. Dan dengan makna-makna spiritual ini kita memberikan al-lamsar ruuhiyyah lil ‘amaliyatis siyaasiyyah. Kita memberikan sentuhan spiritual yang kuat dalam seluruh kerja-kerja politik kita. Dan kalau ada yang menjelaskan mengapa pada dua hari ini kita tampak mempunyai confinden yang jauh lebih bagus. Aura kita jauh lebih bagus. Saya kira karena itu adalah bagian dari pengejawantahan tiga makna yang saya sebutkan tadi itu.

***

Ikhwah sekalian,
Point kedua yang ingin saya sampaikan adalah masalah sepanjang bulan-bulan ini juga. Rasanya kita telah mengembangkan apa yang saya sebut dengan al-kafaa-ah siyaasiyyah,  kemampuan politik kita. Baik dalam pemahaman maupun dalam performan. Saya termasuk yang selalu percaya bahwa satu partai yang ingin menjadi besar memang mesti menghadapi tantangan yang lebih besar. Dan makin besar tantangan yang kita hadapi, itu juga berarti bahwa kita menghadapi satu proses penggemblengan lapangan secara langsung yang mengupgrade kemampuan kita bekerja. Jauh lebih baik dibanding ketika kita tidak menghadapi tantangan-tantangan seperti ini.

Dan salah satu manfaat dari musibah-musibah yang menimpa kita itu adalah dia membuka mata kita kepada kelemahan-kelemahan kita. Tapi pada waktu yang sama, dia  juga membuka mata kita kepada kelebihan-kelebihan dan kekuatan-kekuatan kita  yang mungkin selama ini kita tidak sadari. Kalau ada satu hal yang pantas kita catat suatu waktu, lima, sepuluh tahun, dua puluh tahun yang akan datang tentang periode ini. Menurut saya diantara bagian yang paling penting adalah bahwa kita telah  memberikan pelajaran kepada diri kita sendiri dan kepada orang lain di luar sana. Bagaimana caranya untuk tetap menjadi solid dan militan dalam keadaan yang paling sulit.  Belum tentu dalam keadaan damai kita bisa menjadi solid dan militan seperti sekarang. Tapi bulan-bulan ini kita belajar luar biasa. Mengatasi semua keterbatasan kita, menghadapi masalah di dalam , menghadapi masalah di luar dan seterusnya. Dan kita bisa tetap menunjukkkan  soliditas  dan mengelola sebuah organisasi yang besar dalam sebuah Negara yang besar. Dan bisa eksis dalam situasi seperti ini. Itu adalah  suatu pelajaran yang pantas untuk dipelajari. Tidak sekarang tapi beberapa tahun yang akan datang. Insya Allah…

Dan antum semua adalah bagian dari pelaku yang menciptakan pelajaran penting itu. Saya selalu perlu mengulangi persoalan ini. Karena kita ini, PKS ini tumbuh dengan tradisi kerendahan hati. Karena itu biasanya kita juga terbiasa underestimate bahkan dengan diri kita sendiri. Kemarin di Babel (Bangka Belitung) saya menyampaikan ke ikhwah. Ini ada angka-angka yang kalau konstruksi ini tidak gampang konstruksinya. Dihitung-hitung dalam situasi yang paling buruk ini, dengan menang di dua pilkada besar untuk Gubernur (Jabar, Sumut). Total populasi yang kita pimpin di republik ini 60 juta. Atau sama dengan 45% dari total penduduk republik Indonesia. Kalau ini kita compare, bandingkan dengan angka-angka yang lain. Kira-kira ini dua kalinya syiria, tiga kalinya irak, hampir tiga kalinya Malaysia. Dan kalau seluruh Negara teluk digabung, kira-kira sekitar tiga kali lipat. Hampir sama dengan Iran wilayah ini. Hampir sama dengan Turki, hampir sama dengan Mesir tidak terlalu jauh bedanya. Dua kalinya Maroko, sepuluh kalinya Lybia, enam kalinya Tunisia.

Jadi ikhwah sekalian antum ini tidak memimpin wilayah yang kecil. Tapi kita tidak menyadari. Setiap hari kita mengkritik gubernur kita dan kita sendiri tidak puas dengan performan mereka itu. Kita tidak merasa cukup besar. Jadi mengelola satu organisasi yang besar seperti ini. Ini tidak gampang. Dalam situasi yang sangat sulit seperti ini, kita bisa mempertahankan soliditas dan militansi seperti yang kita rasakan sekarang ini. Menurut saya ini adalah bagian yang pantas untuk kita pelajari dalam perjalanan organisasi kita ini beberapa tahun ke depan. Dan sekali lagi antum semua adalah pelaku utama dari periode ini.

Begitu juga ikhwah sekalian, pemahaman kita tentang politik ini jauh berkembang lebih baik dari pada sebelumnya. Saya kira kita mulai sampai pada satu keseimbangan, satu iklim baru tentang apa yang selama ini kita pertentangkan. Misalnya antara idealisme dan pragmatisme.

Saya kira kita tidak pernah –Insyaa Allaah-  kehilangan idealisme kita. Tapi yang berkembang itu adalah fiqhul waaqi’ kita itu jauh lebih bagus dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dan karena itu cara kita melakukan mu’aalajatul waaqi’  itu juga jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak berubah menjadi sangat pragmatis sebagaimana yang mungkin kita tuduhkan kepada diri kita sendiri.  Tetapi kita menjadi jauh lebih realistis, jauh lebih sabar mengelola situasi kita karena pengetahuan kita tentang realitas jauh lebih detil dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dan ini satu nilai ikhwah sekalian, yang sejak lama dalam hampir semua ceramah saya. Dalam tulisan-tulisan saya. Konsep tentang apa yang saya sebut dengan learning  organization. Organisasi pembelajar yang terus menerus belajar. Dan dalam proses belajar itu kita mengalami proses jatuh bangun, jatuh bangun, jatuh bangun. Ada gagal dan seterusnya. Tetapi yang muncul itu ikhwah sekalian adalah satu mindset baru, satu kemampuan  berfikir baru yang tidak mungkin kita punyai kecuali kalau kita terjun ke lapangan. Ini yang saya sebut dengan al-‘aqliyah tajribiyah (akal empiris). Kita tumbuh dengan cara berfikir normative dan salah satu kelemahan umat Islam itu adalah emosinya kepada idiologi terlalu kuat. Tapi begitu dia mengalami benturan di lapangan. Dia berlari kembali kepada normanya, dia meninggalkan lapangan. Kenapa? Karena ada yang kosong dalam struktur pengetahuannya, dalam struktur pemikirannya yaitu bahwa dia tidak mempunyai apa yang disebut dengan al-‘aqliyah tajribiyah.

Pengalaman itu ikhwah sekalian adalah sesuatu yang terbuka untuk dipelajari. Dan jangan pernah mengharamkan diri kita untuk gagal pada suatu waktu. Karena kegagalan itu sendiri adalah materi pembelajaran. Dan kalau ada hal yang lebih penting menurut saya dalam proses pencapaian kita semuanya ini adalah  tumbuhnya kemampuan berfikir empiric yang ada dalam diri kita sekarang ini. Dan karena itu kita mulai bisa menerapkan ilmu pengetahuan dalam hampir semua aspek cara kita bekerja.  Mudah-mudahan dengan cara seperti ini, kita mentransformasi diri kita secara perlahan-lahan menjadi salah satu model dari apa yang sekarang disebut orang dengan knowledge society (masyarakat berpengetahuan).  Yang menggunakan pengetahuannya sebagai sebuah fungsi untuk memperbaiki kinerjanya dari waktu ke waktu.

Menurut saya –ikhwah sekalian- pencapaian-pencapaian seperti ini dalam organisasi kita dalam pertumbuhan jama’ah kita. Ini penting untuk terus menerus kita catat. Karena ini mempunyai implikasi yang sangat panjang dalam daya tahan organisasi ini melawan waktu yang panjang di masa yang akan datang. Dan saya kira dalam hal ini kita mudah-mudahan insyaa Allah  ada dalam on the track belajar secara jauh lebih bagus dari proses-proses yang kita alami selama ini. Dan sekali lagi ikhwah sekalian, nilai ini. Ini yang saya maksud dengan  Peningkatan pada kafaa-ah siyaasiyah kita fahman wa adaa-an. Baik dalam pemahaman, dalam pembentukan, penyempurnaan dan struktur berfikir kita semuanya maupun dalam kemampuan kerja kita semuanya. Saya kira ini adalah suatu prestasi yang pantas kita catat dan ini adalah hikmah yang kita peroleh sepanjang bulan-bulan kita menghadapi tantangan-tantangan berat ini.


*Disampaikan pada PENUTUPAN ELECTION UPDATE III PKS
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Copyright © 2011. DPC PKS BATANGHARI LAMPUNG TIMUR - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger