Dahulu Islam memang satu
Sebagian
kalangan mencoba mengaburkan fakta keberagaman dengan alasan wihdatul
ummah (persatuan umat). Mereka mencoba “mendamaikan” antara Ahlus Sunnah
dan Syiah di bawah slogan; Tuhan yang satu, Nabi yang satu, Kitab yang
satu, Kiblat yang satu, buat apa kita berpecah, begitu rahmat slogan ini
tetapi dibaliknya mengandung azab. Apakah mungkin bersatu kepada kaum
yang jika disebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, dan Abu
Hurairah, mereka menyebutnya dengan la’natullah ‘alaihim, thaghut,
munafiq. Sedangkan kita mendoakannya dengan Radhiallahu ‘Anhum (semoga
Allah meridhai mereka) ?
Jika Anda ditanya, apa agamamu? Lalu Anda jawab: “Saya Islam, maka saya muslim.” Sesuai ayat:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
kaum muslimin?” (QS. Al Fushilat: 33)
Jika Anda menjawab “saya
muslim” karena berhujjah dengan ayat ini maka Anda benar ketika Anda
hidup pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebab saat itu Islam
masih satu wajah, belum ada yang menyimpangkan dan menyelewengkan. Ada
pun pada masa selanjutnya, puluhan bahkan ratusan firqah menyebar di
berbagai negeri muslim, dan semuanya menyandarkan dirinya pada Islam;
ada syiah, khawarij, murjiah, mu’tazilah, qadariyah, jabbariyah,
musyabbihah, mujassimah, qaramithah, hasyawiyah, jahmiyah, atau
sekte-sekte modern seperti Ahmadiyah, Islam Jamaah, Isa Bugis, NII KW 9,
dan sebagainya. Maka, tidak cukup pada masa fitnah seperti ini Anda
menjawab “saya muslim” tetapi jawablah “saya muslim sunni (pengikut
ahlus Sunnah).”
Dalam Shahih Muslim, disebutkan bahwa Imam
Muhammad bin Sirin Radhiallahu ‘Anhu menyebut nama Ahlus Sunnah untuk
membedakan diri terhadap Ahli bid’ah pada zaman fitnah.
حَدَّثَنَا
أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ
زَكَرِيَّاءَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ لَمْ
يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ
قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ
فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ
حَدِيثُهُمْ
Berkata kepada kami Ja’far Muhammad bin Shabbah,
berkata kepada kami Ismail bin Zakariya, dari ‘Ashim, dari Ibin Sirin,
katanya: Dahulu mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad. Ketika
terjadi fitnah mereka mengatakan: “Sebutlah nama periwayat kalian kepada
kami, maka jika dilihat dari Ahli Sunnah maka diambil hadits mereka,
dan jika dilihat dari Ahli Bid’ah maka jangan ambil hadits darinya.”
(Shahih Muslim, Bab Bayan Annal Isnaad minad Diin)
Kenapa Memilih Madzhab Ahlus Sunnah?
Dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Barang
siapa di antara kalian hidup setelah aku, maka akan melihat banyak
perselisihan, maka hendaknya kalian berada di atas sunahku, dan sunah
khulafa’ur rasyidin yang yang mendapat petunjuk, maka berpegang teguhlah
padanya dan gigitlah dengan geraham kalian.” (HR. Abu Daud No. 4607,
At Tirmidzi No. 2676, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 42, Ahmad
No. 17142, 17144, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 20215, Al Hakim,
Al Mustadrak No. 329, katanya: hadits ini shahih tak ada cacat. Syaikh
Al Albani mengatakan: sanadny shahih. As Silsilah Ash Shahihah No. 2735)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ
“Hendaknya
kalian bersama jamaah, dan hati-hatilah terhadap perpecahan.” (HR. At
Tirmidzi No.2165, Katanya: hasan shahih gharib. An Nasa’i, As Sunan Al
Kubra, 5/389. Syaikh Al Albani menshahihkan, lihat Irwa’ul Ghalil,
6/215)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فمن أراد منكم بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد
“Barang
siapa di antara kalian menghendaki tamannya surga, maka berpeganglah
pada jama’ah, sebab syaitan itu bersama orang yang sendirian, ada pun
bersama dua orang, dia menjauh.” (HR. At Tirmidzi No. 2165, katanya:
hasan shahih gharib. Ahmad No. 177, Ibnu Hibban No. 4576. Al Hakim, Al
Mustadrak ‘alash Shahihain No. 387, katanya: shahih sesuai syarat
Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam As Silsilah Ash
Shahihah No. 430)
Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram...” (QS. Ali Imran (3): 106)
Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma:
تبيض وجوه أهل السنة والجماعة وتسود وجوه أهل البدعة.
“Putih
berseri wajah Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan hitam muram wajah ahli
bid’ah.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ li Ahkamil Quran, 4/167. Tafsir
Ibnu Abi Hatim, 3/124. Imam Al Baghawi, Ma’alimut Tanzil, 2/87. Imam Asy
Syaukani, Fathul Qadir, 2/10. Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masir, 1/393.
Imam As Suyuthi, Ad Durul Mantsur, 2/407)
Nasihat Generasi Awal Islam
Berkata Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:
عليكم
بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد على سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من
خشية الله فتمسه النار وإن اقتصادا في سبيل وسنة خير من اجتهاد في إخلاف
“Hendaknya
kalian bersama jalan kebenaran dan As Sunnah, sesungguhnya tidak akan
disentuh neraka, orang yang di atas kebenaran dan As Sunnah dalam rangka
mengingat Allah lalu menetes air matanya karena takut kepada Allah
Ta’ala. Sederhana mengikuti kebenaran dan As Sunnah adalah lebih baik,
dibanding bersungguh-sungguh dalam perselisihan.”
Dari Abul ‘Aliyah, dia berkata:
عليكم بالأمر الأول الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا قال عاصم فحدثت به الحسن فقال قد نصحك والله وصدقك
“Hendaknya
kalian mengikuti urusan orang-orang awal, yang dahulu ketika mereka
belum terpecah belah.” ‘Ashim berkata: “Aku menceritakan ini kepada Al
Hasan, maka dia berkata: ‘Dia telah menasihatimu dan membenarkanmu.’ “
Dari Al Auza’i, dia berkata:
اصبر نفسك على السنة وقف حيث وقف القوم وقل بما قالوا وكف عما كفوا عنه واسلك سبيل سلفك الصالح فانه يسعك ما وسعهم
“Sabarkanlah
dirimu di atas As Sunnah, berhentilah ketika mereka berhenti, dan
katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa-apa yang mereka tahan,
dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena itu akan membuat
jalanmu lapang seperti lapangnya jalan mereka.”
Dari Yusuf bin Asbath, dia berkata:
قال
سفيان يا يوسف إذا بلغك عن رجل بالمشرق أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام
وإذا بلغك عن آخر بالمغرب أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام فقد قل أهل
السنة والجماعة
“Berkata Sufyan: Wahai Yusuf, jika sampai
kepadamu seseorang dari Timur bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka
kirimkan salamku untuknya. Jika datang kepadamu dari Barat bahwa dia
seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya, sungguh,
Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu sedikit.”
Dari Ayyub, dia berkata:
إني لأخبر بموت الرجل من أهل السنة فكأني أفقد بعض أعضائ
“Sesungguhnya
jika dikabarkan kepadaku tentang kematian seorang dari Ahlus Sunnah,
maka seakan-akan telah copot anggota badanku.”
Dan masih banyak
lagi nasihat yang serupa. (Lihat semua ucapan salaf ini dalam Talbisu
Iblis, hal. 10-11, karya Imam Abul Faraj bin Al Jauzi )
Sementara Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah menegaskan tentang fikrah dakwahnya:
دعوة
سلفية : لأنهم يدعون إلى العودة بالإسلام إلى معينه الصافي من كتاب الله
وسنة رسوله. وطريقة سنية : لأنهم يحملون أنفسهم علي العمل بالسنة المطهرة
في كل شيء ، وبخاصة في العقائد والعبادات ما وجدوا إلى ذلك سبيلا
“Da’wah Salafiyah: karena mereka menyeru kembali kepada Islam dengan maknanya yang murni dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya.
Thariqah
sunniyah: karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang
suci dalam segala hal, khususnya dalam hal aqidah dan ibadah, sejauh
yang mereka mampu.” (Al Imam Hasan Al Banna, Majmu’ah Ar Rasail, Hal.
183. Al Maktabah At Taufiqiyah) .
Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Berkata Syaikh Muhammad Khalil Hiras:
وَالْمُرَادُ
بِالسُّنَّةِ : الطَّرِيقَةُ الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَحْابُهُ قَبْلَ ظُهُورِ الْبِدَعِ
وَالْمَقَالَاتِ .
وَالْجَمَاعَةُ فِي الْأَصْلِ : الْقَوْمُ
الْمُجْتَمِعُونَ ، وَالْمُرَادُ بِهِمْ هُنَا سَلَفُ هَذِهِ الْأُمَّةِ
مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ ، الَّذِينَ اجْتَمَعُوا عَلَى الْحَقِّ
الصَّرِيحِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
“Maksud dari As Sunnah adalah
jalan yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya
ada di atasnya, sebelum nampaknya bid’ah dan perkataan-perkataan
menyimpang.
Sedangkan Al Jama’ah pada asalnya, bermakna: Kaum
yang berkumpul, tetapi yang dimaksud di sini adalah pendahulu umat ini
dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang berkumpul di atas
kebenaran yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.” (Syaikh Muhammad Khalil Hiras, Syarh Al ‘Aqidah Al
Wasithiyyah, Hal. 26)
Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu tentang makna Al Jama’ah:
الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الَحَقّ ، وَإِن كُنْتَ وَحْدَكَ
“Al
Jama’ah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan kebenaran, walau pun kau
seorang diri.” (Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, Al Wajiz fi
‘Aqidah As Salaf Ash Shalih, Hal.25)
Sementara dalam kitab lain, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu pula:
إنما الجماعة ما وافق طاعة الله وإن كنت وحدك
“Sesungguhnya
Al Jama’ah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan ketaatan kepada
Allah, walau kau seorang diri.” (Imam Al Lalika’i, Syarh Ushul I’tiqad
Ahlis Sunnah wal Jama’ah, 1/63)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri menjelaskan makna Al Jama’ah:
ما أنا عليه وأصحابي
“Apa-apa
yang Aku dan sahabatku berada di atasnya.” (HR. At Tirmidzi No. 2641.
Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At
Tirmidzi No. 2641)
Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, memberikan kesimpulan tentang makna Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sebagai berikut:
فَأهلُ السُّنَّةِ والجماعة :
هم
المتمسكون بسُنٌة النَّبِيِّ- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه
ومَن تبعهم وسلكَ سبيلهم في الاعتقاد والقول والعمل ، والذين استقاموا على
الاتباع وجانبوا الابتداع ، وهم باقون ظاهرون منصورون إِلى يوم القيامة
فاتَباعُهم هُدى ، وخِلافهم ضَلال .
“Maka, Ahlus Sunnah wal
Jama’ah adalah mereka yang berpegang teguh dengan sunnah (jalan) Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikuti mereka dan menempuh jalan mereka dalam perkara aqidah, ucapan,
dan perbuatan, dan orang-orang yang istiqamah dalam ittiba’ (mengikuti
sunnah) dan menjauhkan bid’ah, merekalah orang-orang yang menang dan
mendapat pertolongan pada hari kiamat. Maka mengikuti mereka adalah
petunjuk, dan berselisih dengan mereka adalah sesat.” (Al Wajiz ...,
Hal. 25)
Jadi, ada dua kata kunci dalam memahami istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah:
1.
Apa yang mereka jalankan? Yakni thariqah (metode/jalan) yang pernah
dilakoni oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sahabat, dan
tabi’in.
2. Siapa sajakah mereka? Yakni Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan tabi’in, dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, bersama kebenaran yang mereka bawa.
Sehingga,
siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, manusia yang mengikuti jalan
yang pernah ditempuh mereka, maka itulah Ahlus Sunnah wal Jamaah,
walaupun dia seorang diri.
Wallahu A’lam
Sumber (www.ustadzfarid.com)