Hari ini kita dihangatkan dengan pro kontra rencana pemerintah menaikkan
harga BBM subsidi sebesar 45%, dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500. Yang
menarik adalah biasanya pemerintah menaikkan harga BBM untuk
menyesuaikan dengan harga minyak mentah dunia yang melambung tinggi
melebihi asumsi yang ditetapkan APBN. Kali ini tidak, harga minyak dunia
sedang stabil jadi apa alasan menaikkan harga BBM subsidi?
Konon (saya sebut begitu karena mirip dongeng) jika BBM subsidi tidak
dinaikkan APBN akan defisit lebih dari 250 Trilyun rupiah. Ok lah dari
dulu juga begitu alasannya. Karena harga minyak mentah dunia sebenarnya
sedang tidak naik pemerintah sepertinya merasa perlu ada isu yang dijual
(meski sebenarnya ini juga isu lama), yaitu Selama ini BBM subsidi tidak tepat sasaran, 70% dinikmati orang kaya. Benarkah demikian? Mari kita telaah.
Jika para ahli menggunakan data sana-sini saya ingin mendatangkan perspektif baru yaitu: Data Penjualan Otomotif di Indonesia.
Hal ini karena saya bekerja pada bidang tersebut. Sumber datanya pun
cukup mudah diakses, untuk data penjualan roda dua bisa diakses di
http://www.aisi.or.id, sedangkan data penjualan roda empat silakan cek
http://www.gaikindo.or.id
Perhatikan grafik dibawah ini:
Mobil vs Motor |
Data diatas adalah data penjualan sepeda motor vs mobil all merk dari
tahun 2005-2013 (2013 sampai Mei). Sebenarnya kita bisa menarik data
dari tahun 90-an, tapi karena kebutuhan kita adalah untuk perbandingan
maka 8 tahun rasanya cukup. Kalau ditotal terlihat dari 2005-2013 ada
5jt lebih kendaraan roda empat terjual, dan pada rentang yang sama ada
50jt lebih sepeda motor terjual. Saya ingin berasumsi mobil mewakili si
kaya sedangkan motor mewakili si miskin. Dari data tersebut terlihat
perbandingan jumlah mobil:motor adalah 1:10. Eit tunggu dulu, data
penjualan mobil belum dikurangi:
1. Mobil dinas yang digunakan mulai eselon sampai staf daerah-daerah
2. Penjualan bus dan truck, karena bus dan truck include dalam data tersebut.
3. Mobil yang diekspor, mobil dibuat di Indonesia tapi diekspor include dalam data tersebut.
Katakanlah 3 hal diatas kita abaikan dulu. Saya mau mengajukan asumsi
baru, misalkan setiap yang punya satu mobil juga punya satu motor,
berarti jumlah motor dikurangi 5jt, perbandingan si kaya:si miskin
diperoleh 1:9
Ok itu dicatat dulu. Mari kita lihat data penjualan roda empat all merk Januari-Mei 2013 dari Gaikindo berikut ini:
Silakan amati data tersebut.
1. Porsi terbesar penjualan mobil adalah segmen MPV dengan CC kurang dari 1500, mencapai 54%.
2. Porsi kedua adalah penjualan bus dan truck yang kalau dijumlah mencapai 27%.
3. Porsi ketiga adalah MPV & SUV dengan CC lebih dari 1500 tapi kurang dari 2500, mencapai 13%
Sisanya adalah selain ketiga diatas dengan porsi tidak signifikan. Orang
kaya yang diilustrasikan dengan mobil Camry, Volvo, Mercy, Accord
misalnya hanya mencapai 1,4% (lihat penjualan sedan). Itupun saya yakin
mereka pakai pertamax. Katakanlah orang kaya diwakili porsi pertama dan
kedua maka perbandingan mobil:motor tidak lagi 1:9 tapi malah cuma
0,6:9.
Katakanlah sebuah mobil itu saking borosnya untuk jarak yang sama perlu BBM 4x lipat daripada motor maka perbandingan konsumsi BBM antara si kaya:si miskin adalah 2,4:9.
Hitungan itu sudah mengandaikan mobil paling boros lho. Perbandingan
konsumsi BBM mobilnya mau dinaikkan sampai 5x lipat atau 6x lipat dari
motor silakan dihitung sendiri.
Dari data yang saya ajukan ini mari kita tanyakan pemerintah, maksud BBM
subsidi sebagian besar dihabiskan orang kaya itu pakai data apa?
Wallahu’alam
*http://blogiwan.wordpress.com/2013/06/15/menghasut-si-miskin-dengan-menyalahkan-si-kaya/