Membaca Alquran jadi lebih disiplin.
Indah Lestari gembira. Ia merasa berada di tempat yang tepat. “Senang punya komunitas berisi orang-orang yang istiqamah dalam beribadah,” katanya, Senin (23/12). Komunitas yang ia maksudkan adalah One Day One Juz (ODOJ).
Bersama rekan-rekannya, Indah membaca Alquran sebanyak satu juz setiap harinya. Ia telah bergabung selama 1,5 bulan. Ia mengaku semula sempat kesulitan. Sebab, biasanya ia membaca Alquran beberapa lembar saja.
Kini, perempuan asal Serang, Banten, itu lebih sering berinteraksi dengan kitab sucinya. Ia melakukannya setelah shalat Subuh.
Waktu lainnya, di antara Maghrib dan Isya. Indah merasa lebih disiplin dalam membaca Alquran. Ia pun menyampaikan kekaguman pada rekan-rekan lainnya.
“Mereka punya banyak kesibukan, tetapi bisa menyelesaikan satu juz setiap hari,” ungkap Indah. Peserta lainnya, Tino Gaus, sudah mengenal ODOJ sejak didirikan. Pendirinya termasuk orang ia kenal. Laki-laki yang bekerja di lembaga dana pendidikan pemerintah ini punya target.
Saat perjalanan ke kantor menggunakan kereta, kata dia, ia harus bisa mencicil bacaan Alqurannya. Ia juga menerapkan strategi lain dengan membaca Alquran setelah shalat Zhuhur dan Ashar. “Maghrib diupayakan sudah selesai,” kata mantan ketua BEM FMIPA UI itu.
Bahrul Ulum mengaku merasa lebih tenang setelah rutin membaca satu juz Alquran. Ia tak lagi gentar menghadapi tantangan hidup. Ia selalu menargetkan selesai satu juz seusai shalat Subuh. “Kalau belum selesai, sisanya saat istirahat kantor. Maksimal setelah pulang kantor.”
Laki-laki yang bekerja pagi hingga petang di Laznas Amanah Takaful Jakarta Selatan ini sudah bergabung selama tiga bulan. Ia telah melewati 87 sesi membaca Alquran dan dua kali khatam bersama kelompoknya.
Koordinator ODOJ Pusat Ricky Adrinaldi mengatakan, gerakan ini bermula sejak September 2013 seusai Ramadhan. Ketika itu, masih dalam skala kecil. Pertengahan November, selain Blackberry Messanger (BBM), penggunaan Whatsapp (WA) cukup efektif menarik peminat.
Kuota yang besar dan kemampuan aplikasi WA yang memungkinkan untuk membuat lebih dari satu kelompok pembicaraan memungkinkan admin memantau kelompok dengan lebih baik. Tak lama berselang, Ricky dan teman-temannya melakukan soft launching ODOJ.
Pascapeluncuran, peminat gerakan ini semakin banyak. Bahkan, jangkauannya meluas hingga ke Australia, Qatar, Jeman, Jepang, Malaysia, Prancis, Swiss, Amerika Serikat (AS), dan Hong Kong. Untuk memudahkan koordinasi, tiap negara memiliki perwakilan afiliasi.
Ricky menjelaskan, ODOJ sebenarnya sederhana. Orang yang berminat dapat mendaftar online di www.onedayonejuz.org. Pendaftar akan mendapat nomor urut. Tiap 30 nomor urut akan digabungkan menjadi satu kelompok.
Kelompok laki-laki dan perempuan dibuat terpisah, baik admin maupun pesertanya. Setiap kelompok memiliki satu admin yang akan mengecek ketercapaian bacaan Alquran. Pada hari pertama, tiap kelompok menyepakati pembagian juz yang akan dibaca anggotanya.
Esoknya, mereka akan membaca juz selanjutnya. Setiap kelompok diberi waktu hingga pukul 21.00 WIB untuk menuntaskan bacaan Alquranya. Jika tidak tuntas, sisa bacaan yang belum sempat dibaca akan dilelang admin kepada anggota lainnya dalam kelompok itu.
Peserta ODOJ berasal dari segala usia, mulai dari delapan tahun hingga seorang bapak berusia 70 tahun. “Jumlah anggota ODOJ sudah mencapai 36 ribu orang. Belum lagi masih ada yang masuk dalam daftar tunggu,” ungkap Ricky.
Daftar tunggu muncul akibat jumlah pendaftar yang mencapai ratusan orang setiap harinya. Sementara, tenaga pengelola hanya 22 orang dan admin sekitar 1.070 orang untuk 1.212 kelompok. Pada dasarnya, ODOJ bertujuan membudayakan membaca Alquran satu juz setiap hari.
Menurut Ricky, ide ini muncul ketika ia melihat beberapa temannya yang ingin khatam Alquran dalam sebulan. Ia berharap metode ini bisa membantu. Hal terpenting komitmen. “Kami bahkan memiliki beberapa peserta yang bacaannya masih terbata-bata.”
Tim pengurus ODOJ biasanya menyarankan mereka untuk kembali belajar tahsin. Ricky juga menegaskan, ODOJ terbuka untuk semua kalangan. Sejauh ini pula, responsnya cukup positif. Ia mengatakan, ada peserta yang merasa hidupnya berkah setelah rutin membaca Alquran.
*sumber: ROL