LAMPUNG - Indonesia butuh pemimpin yang efektif, bukan pemimpin yang kuat. Demikian diungkapkan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) M. Anis Matta dalam kesempatan tanya jawab pada Dialog Kebangsaan di Universitas Lampung (Unila), Sabtu (7/12).
Di hadapan Rektor Unila Sugeng P. Harianto dan 3000 audiens yang memadati Gedung Serba Guna (GSG) Unila, Anis yang hari itu tepat merayakan ulang tahun ke-45, menyatakan bahwa akibat sistem demokrasi, maka otoritaspun hilang.
"Sekarang presiden hingga kepala daerah dipilih langsung. Bagaimana kalau presidennya 'biru', gubernur merah, walikota atau bupatinya kuning?" ujar Anis.
Ia memberi contoh, jika pemerintah ingin membuat tol atau jalur KA trans sumatera melewati 10 provinsi dan di setiap provinsi ada 3 kabupaten. "Maka pertanyaan teknisnya adalah pembebasan lahannya bagaimana? Anda harus deal dengan 30 bupati dan 10 gubernur," ujarnya.
Menurut Anis, ada kendala untuk bisa memberi instruksi kepada gubernur, bupati/walikota jika mereka tidak punya hutang budi pada presiden.
"Karena hirarkinya hilang, otoritas hilang. Organisasi negara menjadi flat, datar. Ke kanan dan kiri, sebagian otoritas presiden juga dipotong DPR," ujar mantan Sekjen DPP PKS ini.
"Yang bisa saya bayangkan dalam situasi begini bukan seorang pemimpin yang memegang tongkat komando dan memaksa semua orang bekerja," jelasnya.
Tapi, lanjut Anis, juga bukan seorang pemimpin yang kemana-mana disorot kamera, dan rakyat diam. "Semua hanya jadi penonton. Ini tipikal pemimpin penyanyi solo. Dia hanya menjadi tontonan rakyatnya," lanjutnya.
"Kita butuh pemimpin yang bisa membagi alat musik pada semua orang kemudian menyampaikan sebuah lagu yang akan dinyanyikan bersama," urainya.
Pemimpin semacam ini dengan tepat membagi pekerjaan kepada orang-orang, lalu hanya memainkan tangannya. "Maka tiba-tiba kita semua menjadi satu orkestra," lanjut Anis disambut tepuk tangan meriah.
Pemimpin seperti itu yang disebut Anis sebagai pemimpin pencipta musim. Saat ia menciptakan musim dingin, orang menggunakan baju overcoat (kerah tinggi). Saat ia membuat musim panas, orang memakai kaos.
"Tapi kalau dia bikin musim panas, dia ga bisa paksa orang pakai overcoat sebagaimana jika dia bikin musim dingin, dia ga bisa paksa orang buka baju," jelas Anis yang siang itu sukses menyihir audiens dengan analogi-analogi bernas yang menjadi ciri khasnya.
Menurut Anis, di alam demokrasi kekuatan pemimpin ada pada dua hal yaitu ide-ide dan auranya. "Jadi begitu dia ada di suatu tempat, orang tiba-tiba merasa harus bekerja. Dia memotivasi tanpa perlu berbicara. Itu aura. Dia directive, tapi sesungguhnya kekuatannya lebih pada inspirasi," pungkas Anis. []
http://www.pkspiyungan.org/