Home » » Ketika Negarawan Muda Memaknai Sebuah Kepahlawanan

Ketika Negarawan Muda Memaknai Sebuah Kepahlawanan

Written By Admin on Selasa, 26 November 2013 | 21.16

Mungkin banyak orang mengartikan seseorang yang disebut sebagai pahlawan itu adalah orang yang telah berjuang mati-matian untuk membela bangsanya, mungkin juga bisa di sebut pahlawan orang yang telah berjuang untuk dirinya, dll. Bahkan seorang tenaga pengajar semacam Guru, Akademisi disebut sebagai seorang pahlawan tanpa jasa.

Banyak orang pula di negeri ini yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang pahlawan dengan mencalonkan diri sebagai Kepala Desa, Bupati, Gubernur, Presiden. Melalui kampanye mereka obral program-program yang akan mereka jalankan di hadapan rakyat bak seorang pahlawan. Masalah nanti program itu akan di garap ataupun tidak itu urusan belakang yang penting dianggap sebagai seorang pahlawan dulu di hadapan rakyat yang akan memilihnya.

Ada pula yang sudah jadi pahlawan dengan jabatan Gubernurnya di sebuah daerah macam Jokowi di DKI Jakarta, dia jalankan program-program yang telah di canangkan bahkan langsung turun tangan di lapangan untuk menemui rakyatnya, mendengarkan keluh kesah rakyatnya dan langsung memberi solusi dan melakukan langkah kongkret, sehingga secara tidak langsung gelar Pahlawan DKI Jakarta tersemat kepada beliau bahkan semua media yang ada di negeri ini memberitakan beliau dan banyak orang memuji-muji beliau tak seorang pahlawan. Yang menjadi pertanyaan di sini apakah beliau itu tulus ataukah hanya melakukan komunikasi sekaligus Citra politik?? Silakan di persepsikan oleh pembaca masing-masing.

Yang menjadi desiran di benak penulis saat ini, sebenarnya apa makna kepahlawanan itu??

Menurut salah satu tulisan di edukasi.kompasiana.com, Kata pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari dua kata, bahasa sanskerta, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya.

Makna Pahlawan ini apabila sedikit menilik dari Konsep Deskrontruksi dari Jacques Derrida, Kita sering melihat bahwa banyak anak-anak seusia TK-SD sering menyebut Tokoh-Tokoh Super Heroes, macam Batman, Supermen, Spider Man, dll. Tetapi apabila kita tinjau dari sisi sejarah dari mengapa tokoh tersebut menjadi seorang pahlawan, semisal batman yang menjadi Tokoh Super Hero dilatarbelakangi oleh dendam kepada seseorang atas pembunuhan Orang tuanya yang dilakukan oleh seseorang.

Jadi, apa pahlawan itu??

Di sini penulis sebagai orang yang telah mengabdikan Tenaga, pikiran, dll sebagai Negarawan Muda sejak penulis kuliah terutama sejak bergabung dalam keluarga besar Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) Dompet Dhuafa, Ingin sedikit memberikan pemikirannya tentang arti sebuah Kepahlawanan.

Menurut Hemat penulis, pahlawan itu orang yang kita di beri amanah di manapun posisinya dan di manapun lembaganya dapat menjalankan dengan baik dan dapat membuat perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang membawa dampak positif bukan dampak negatif ataupun perubahan yang hanya menguntungkan secara individu semata.

Sayangnya, di negeri ini pahlawan-pahlawan yang ada tidak pernah di kenal bahkan tidak banyak orang yang mengetahuinya. Pahlawan yang tampak adalah pahlawan yang hanya mencari sebuah popularitas atau kepentingan pribadinya semata, padahal secara kontribusi ataupun kinerja tidak ada bedanya ataupun bahkan tidak berkontribusi apapun bagi negeri ini. Pahlawan-pahlawan tersebut hanya di jadikan pahlawan oleh media bukan oleh dirinya. Pahlawan bahkan harus mengeluarkan uang untuk membayar media agar meliput dirinya agar orang lain menganggapnya seorang pahlawan yang dianggap telah melakukan sebuah perubahan, Padahal perubahan yang dilakukan hanya sebatas formalitas semata. Luar biasa tokoh-tokoh negeri ini, luar biasa miris dan menyedihkan.

Penulis di sini, sedikit kagum dengan Tokoh-tokoh nasional semacam M. Natsir, Anis Matta, Anis Baswedan, Amran Nur. Menurut hemat penulis, tokoh-tokoh tersebut memang benar-benar telah menunjukkan kontribusinya. Salah satunya contohnya adalah Amran Nur, Bupati Sawah Lunto ini telah mengubah kota Sawah Lunto dari kota mati bekas tambang menjadi kota yang menjadi kota yang hidup dan memanfaatkan potensi yang ada terutama tambang (Informasi dari Wartawan Republika Online). Juga ada Anis Baswedan yang menciptakan Program Indonesia Mengajar.

Bisa pula sohib saya dari UGM, Fachri Aidulsyah. Mahasiswa Sosiologi UGM ini telah menciptakan sebuah Komunitas yang saat ini hampir menjadi sebuah Organisasi Sosial Masyarakat “Gerakan Indonesia Berdaulat”. Gerakan ini selain telah mempersatukan Seluruh elemen mahasiswa, memanfaatkan segala potensi mahasiswa terutama mahasiswa UGM. Juga telah memperjuangkan Kedaulatan Indonesia dari segala sisi dengan sebuah langkah kongkret kecil yang hanya sebatas diskusi, membuat karya-karya kecil dari mahasiswa UGM, dll.
Febrian Indra Rukmana

Tentang Febrian Indra Rukmana

Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP UNS 2010. Penerima Beasiswa Aktivis Nusantara 2013 Dompet Dhuafa Republika. Ketua Umum BIRO AAI FISIP UNS. Ketua Badan Khusus Jaringan Fakultas KAMMI Komisariat Sholahuddin Al Ayyubi UNS. Ketua Bidang Pembinaan Sumber Daya Manusia Jaringan Mahasiswa Islam Klaten (JAMAIKA) Indonesia.
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Copyright © 2011. DPC PKS BATANGHARI LAMPUNG TIMUR - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger