Home » » PKS, Harmoni, dan Trully Asia

PKS, Harmoni, dan Trully Asia

Written By Admin on Jumat, 19 April 2013 | 21.14

 
Cinta Kerja dan Harmoni (photo:net)

Harmoni. Kata ini mungkin, sekali lagi mungkin, sudah sering diungkapkan Anis Matta (Presiden PKS), di hadapan kader-kader partai berlambang bulan sabit dan padi. Namun, penjelasan yang bisa didengar pertama kali oleh publik, kiranya saat Anis berbicara di hadapan kader-kader PKS Jawa Tengah, yang  direkam serta diunggah ke you tube.

Di sana Anis mengatakan, bahwa kata itu (harmoni) merupakan core value bangsa Indonesia. Dicontohkan Anis, saat Sukarno menggagas Pancasila, ide dasar Sukarno adalah  harmoni.
Mungkin hal tersebut tidak ada yang membantahnya. Namun muncul persoalan   ketika Anis mengatakan bahwa harmoni itulah yang membedakan masyarakat Indonesia dengan masyarakat-masyarakat lainnya di dunia. Apakah memang demikian adanya?
***
Apabila peradaban dunia saat ini dibagi menurut clash civilization-nya Huntington, maka dunia saat ini terbagi dua, yaitu Barat dan Timur. Masing-masing memiliki filsafatnya sendiri, berbeda satu dengan yang lainnya.

Salah satu kekhasan filsafat timur di hadapan filsafat barat adalah, wacananya tentang harmoni. Ya, harmoni. Boleh diperiksa bagaimana filsafat  India, Cina, dan Jawa berbicara harmoni. Ambil contoh, dari daratan Cina. Siapa yang tidak kenal dengan filsafat Yin Yang? Bukankah itu suatu filsafat tentang keseimbangan dan kesetimbangan, atau harmoni? Tidak perlu menambahkan contoh yang lain, kiranya filsafat Yin Yang itu, sudah lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa sesungguhnya harmoni itu bukanlah semata-mata keistimewaan value bangsa Indonesia.

Karena itu, mungkin bisa dipertanyakan,  mengapa Anis Matta mengatakan bahwa harmoni itu core value khas masyarakat Indonesia, yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

Tapi, Anis mungkin saja memiliki maksud tersendiri atas harmoni yang ia ungkapkan itu. Misalnya saja harmoni yang ia maksud adalah harmoni yang kompleks. Harmoni yang ia maksud lebih daripada harmoni Yin Yang, yang dikotomis itu, dua komponen saja.  Harmoni yang ia maksud bisa jadi kurang lebihnya sama seperti Clifford Gertz yang menggambarkan entitas masyarakat budaya Jawa dalam tiga kategori: santri, priyayi, dan abangan. Jadi, bukan dikotomis, santri dan abangan saja.  Dan ini sah-sah saja.

Karenanya, memperdebatkan penyebutan khas atau tidak itupun akhirnya mungkin jadi tidak penting. Namun, sekiranya Anis tidak mengatakan bahwa itu suatu kekhasan Indonesia, (dan hanya menyebut bahwa harmoni itu value yang dominan di masyarakat Indonesia, misalnya, atau core value saja), itu rasanya lebih mengena. Sama dengan cinta dan kerja, yang  tidak bisa menjadi klaim satu masyarakat tertentu saja sebagai core value khas mereka. Sekalipun itu masyarakat Prancis sana, misalnya.

Lebih dari itu, tanpa mengkhaskannya dengan Indonesia, term harmoni itu pun akan lebih terasa membuka pintu menuju ruang kebersamaan dengan “saudara-saudara” se-Asia, yang memiliki ‘bahasa batin bersama’, yaitu harmoni itu sendiri. Apalagi bila disebut-sebut bahwa itu adalah core value Asia, yang kita adalah bagian di dalamnya.

Dengan begitu, PKS mungkin bisa berharap, adanya hasil yang  sama dengan hasil dari upaya  Anis menawarkan cara berfikir yang strategis belakangan ini kepada kader-kadernya, yaitu motivasi yang tinggi berbuah kemenangan.

Perhatikan rekaman di you tube bagaimana Anis memotivasi kader-kader PKS itu. Di Cirebon misalnya.  Ini berlangsung menjelang Pilkada Jabar. Di sini Anis tidak berbicara bagaimana memenangkan pilkada Jabar. Yang ia bicarakan justru bagaimana agar PKS menjadi pemenang Pemilu 2014. Selain itu lihat juga orasinya di Bali. Ini daerah yang tidak dalam suasana menjelang pilkada. Anis mengajak kader PKS untuk tidak berbicara bagaimana memenangkan Pemilu 2014, tapi bagaimana memimpin Indonesia. Selalu, Anis mengajak kader PKS melihat apa yang ada di balik agenda atau peristiwa  di depan mata mereka, out of the box. Dan selalu, ada semangat yang meningkat terlihat pada para kader PKS usai menyimak orasi Anis itu.

Kembali kepada harmoni. Karena ia adalah ‘bahasa batin bersama’ orang Timur, ia adalah laksana mata uang bersama orang Eropa sana, Euro. Negara mana yang paling massif memperkaya dan menguatkannya, negara itulah yang memimpin kawasan itu. Dalam konteks Asia, negara yang paling massif memperkaya dan menguatkan atau mengokohkan harmoni, negara itulah yang —meminjam visi Malaysia–menjadi: Trully Asia. Asia yang sesungguhya. Core dari Asia.

Mengokohkan harmoni, dengan demikian sejatinya bukan saja kerja level nasional. Tapi juga kerja se- kawasan Asia. Karena itu, ketika PKS men-tagline- kan harmoni, ini strategis meluaskan konteks  kesadaran kader PKS, dan mengumpulkan energi  untuk membuat Indonesia kembali bersinar di Asia.

Sebagai dampak dari itu, kerja pemenangan di level nasional bukanlah kerja yang terlampau berat dirasa. Kerja-kerja kader PKS yang visinya tidak hanya untuk mengindonesia itu, namun juga mengasia, pastilah akan ‘dialiri’ spirit yang luar biasa, yang mampu mendorong PKS menuju targetnya di negeri ini.

Hanya saja, pasti sangat bisa dirasa, rentang waktu untuk kerja mengasia itu bukan kerja yang singkat. Tidak cukup 5 tahun. Dalam konteks seperti ini mungkin dapat dipahami bahwa kerja politik sejatinya adalah kerja peradaban juga. Kerja yang butuh waktu lama. Untuk itulah rasanya relevan, mengapa Anis menyitir sebaris kata-kata Chairil Anwar….Aku ingin hidup seribu tahun lagi…!

 Syafrudin (Kompasiana)
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Copyright © 2011. DPC PKS BATANGHARI LAMPUNG TIMUR - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger