Kekuatan itu berasal dari Rumah. Baitii jannatii.. “Rumahku, adalah Surgaku” Kata Baginda Rasulullah SAW. “Ketika kita tidak sukses dalam rumah kita, kita tidak akan pernah bangga dengan apapun yang kita capai di luar rumah kita”.
Dari banyak kasus yang saya tangani, meskipun orang-orang mengalami kesuksesan yang luar biasa di luar, namun mereka masih mengalami kehampaan dan keterasingan, karena ia tidak merasakan sukses itu di rumahnya.
Ada seorang bintang yang sukses di seleksi penyanyi favorit Indonesia, ketika diwawancarai oleh wartawan infotainment Ia dengan sedih berujar, “Mungkin saja, saya dielu-elukan sukses di luar. Tetapi, ada satu hal yang sebenarnya mengganjal dan membuat saya tidak merasa sukses-sukses amat, karena saya merasa kesuksesan saya tidak pernah diakui di rumah saya. Orang tua saya sebenarnya memandang sebelah mata hobi menyanyi saya ini”.
Hal yang sebaliknya terjadi, seorang artis yang berasal dari keluarga yang religius, mengatakan, “Ketika semua orang di dunia mencelaku, saya tahu tempat dimana saya akan selalu didukung yakni keluargaku”.
Di sinilah, rumah menjadi asal muasal segalanya, kehancuran juga kesuksesan. Lantas, bagaimanakah di tengah kesibukan dan aktivitas kita, apakah itu berdakwah atau berbisnis, bisakah kita menjadikan rumah sebagai pusat kekuatan buat kita? Pusat dukungan, sekaligus pusat perhatian kita? Kita punya program, yaitu Family mainstreaming. Peng-arus utamaan keluarga. Semoga bukan sekedar program diatas kertas ya!
Tentunya kita ingat dengan prinsip menjadikan rumah kita sebagai HOME, yakni: -Help -Open -Motivate
-Equally Apakah artinya?
Pertama, rumah kita harus selalu menjadi pusat pertolongan, dukungan, bantuan. Artinya, tatkala ada masalah, sebaiknya semua orang di rumah berpikir bagaimana solusinya?bukan malah nafsi-nafsi.. , jika seperti itu yang terjadi, maka hati-hatilah!
Dalam konteks inilah saya memahami sabda Rasulullah SAW: Khoirukum, khoirukum li ahlihi, wa ana khoirukum li ahlii. Sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik untuk keluarganya. Dan saya (Rosulullah) adalah orang yang terbaik kepada keluargaku. Ada rona kebanggaan, ketika bisa berbuat baik untuk keluarganya.
Saya jadi teringat, curhat seorang sahabat tentang suaminya. Sahabat ini berkata kepada suaminya: “Mas, kamu itu orang yang baik sekali kepada semua orang KECUALI kepadaku”. Ups.. Koq bisa ya!
Berikutnya, dirumah kita hendaklah terbuka untuk membicarakan apapun tanpa harus khawatir akan dihakimi, disalah-salahkan, ‘dijudge’. Ada banyak keluarga yang sangat tertutup untuk bicara sehingga anaknya tidak bisa mengeskpresikan dirinya. Mau mengemukakan pendapat saja takut.
Ketiga, rumah harusnya merupakan sebuah wadah untuk bisa saling mendukung dan memotivasi. Jika tidak, dari mana lagi, seorang anak dan juga anggota keluarga lainnya mendapatkan support dan dukungan? kalimat bagus dari artis tadi, yang kehidupan keluarganya sangat religius dan harmonis, patut kita garis bawahi..tatkala ia berucap, “Ketika semua orang di dunia mencelaku, saya tahu tempat dimana saya akan selalu didukung yakni di keluargaku”. Betapa menyenangkannya kalau rumah bisa menjadi pusat motivasi buat kita.
Dan akhirnya, di rumah semua orang diperlakukan secara adil (equal), tidak dibeda-bedakan. Seperti itulah seharusnya sebuah rumah yang menjadi kekuatan dan sumber kesuksesan buat kita. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut diatas, dengan bahasa yang sederhana rumah memiliki fungsi sebagai berikut: -Sebagai Masjid -sebagai Sekolah/Madrasah -Sebagai RS -Sebagai TC Dari sinilah, segalanya bermula..
Our success and failure, starts from home!sumber : http://www.salimah.or.id