Oleh: Muhammad Anis Matta, Lc
Interaksi dengan Al-Quran bukan
hanya melalui membaca dan mengkhatamkannya saja. Interaksi sebenarnya
baru akan terwujud ketika seorang muslim merasa dibimbing Al-Quran dalam
setiap interaksinya, termasuk pengalaman dan perjalanan hidup. Pola
interaksi dengan Al-Quran itulah yang harus ditingkatkan agar Al-Quran
benar-benar memberikan bimbingan dan petunjuk.
Salah satu
kandungan Al-Quran adalah sejarah yang berisi fakta-fakta, kemudian
ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta-fakta itu, tetapi
bagaimana mengambil pelajaran dari fakta-fakta sejarah tersebut.
Di
antara kisah Al-Quran yang erat kaitannya dengan kehidupan bernegara
adalah kisah Nabi Yusuf AS, Nabi Sulaiman AS, dan Nabi Musa AS.
Nabi
Musa memberikan pelajaran bagaimana memposisikan diri sebagai oposisi.
Nabi Yusuf memberikan pelajaran bagaimana “musyarakah” sehingga kisahnya
yang berawal di penjara dapat berujung di istana. Berbeda lagi kisah
tentang Nabi Sulaiman AS, yang bercerita tentang bagaimana jika agama
telah mampu menguasai negara. Ketiga cerita tersebut meskipun berbeda,
tetapi mempunyai beberapa persamaan. Persamaan tersebut adalah:
1. Konflik
Baik
ketika beroposisi, bermusyarakah, maupun menguasai negara, konflik itu
selalu ada. Bahkan cikal bakal konflik antara Nabi Musa AS. dan Firaun
telah ada jauh sebelum Nabi Musa lahir, yaitu keinginan Firaun
melenyapkan setiap bayi laki-laki karena dikhawatirkan akan
menyingkirkan kekuasaannya. Konflik adalah salah satu bentuk cobaan
Allah kepada manusia. Manusia yang paling keras cobaannya adalah para
nabi dan orang-orang yang paling “mirip” dengan para nabi itu, yaitu
orang-orang shalih.
Konflik itu biasa, bahkan konflik antara Yusuf
dan Benyamin (satu ibu-satu bapak) dengan saudara-saudaranya yang juga
anak-anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4 generasi ke atas adalah Nabi
semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan. Apalagi hanya dalam
sebuah organisasi atau negara. Sayyid Quthb berkata, “Kita tidak bisa
memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu mana
kita berada.” Khusus cerita Yusuf kita dapati konflik terjadi karena
kecemburuan aka kadar keikhlasan saudara-saudaranya. Maka, prinsip
dakwah kita yang pertama dan utama adalah salamatush-shadr.
2. Konspirasi
Hal
yang patut dicatat adalah ayat-ayat yang berkaitan dengan konspirasi
kepada para nabi itu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah dan kepada
taqdir, agar yakin bahwa Allahlah yang mengendalikan semuanya. Dialah
sebaik-baik pemberi tipu daya. Kita lihat bagaimana kisah Nabi Musa AS
yang diselamatkan Allah dengan mengantarkan beliau ke istana Firaun
melalui Sungai Nil kemudian ditemukan oleh istri Firaun. Siapakah yang
mengendalikan pikiran istri Firaun sehingga Musa diselamatkan dan
diizinkan menikmati hidup di istana? Bukankah sebelumnya Firaun ingin
agar setiap bayi laki-laki dibunuh? Mengapa dia justru setuju untuk
membesarkan Musa di istananya? Allah telah mengubah persepsi Firaun dan
istrinya sehingga menyelisihi niatnya sendiri.
Ingat pertempuran
Firaun dan Nabi Musa AS, ketika Nabi Musa AS terjepit, ia justru lari ke
laut. Logika perang modern di mana-mana kalau terjepit larinya ke
gunung atau hutan, bukan ke laut. Maka tatkala Firaun mengetahui hal
itu, ia dan pasukannya bersorak karena sangat mudah menghancurkan Musa
dan pengikutnya. Tapi Allah punya rencana, dan Nabi Musa diperintahkan
untuk memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah lautan. Firaun pun
tak sempat berpikir panjang, mengejar ke tengah lautan yang terbuka, dan
ia pun binasa ditelan laut.
Demikian pula, siapakah yang
mengendalikan pikiran saudara Yusuf AS sehingga mereka hanya menceburkan
Yusuf a.s.ke dalam sumur, dan bukan membunuhnya? Ingat, sebab utama
konflik antara Nabi Yusuf AS dan saudara-saudaranya adalah KECEMBURUAN,
yang berakhir pada konspirasi untuk membunuh Yusuf AS. Jika kita punya
kesadaran tentang kekuasaan Allah, tidak boleh ada ancaman yang membuat
kita berhenti bergerak dan berjuang. Maka, jangan pernah memandang musuh
kita, besar dan kuat. Allahlah yang memberikan kita kekuatan dan
persepsi itu.
3. Jarak
Yang dimaksud di
sini adalah jarak antara mimpi dan realisasi atas mimpi itu. Sikap
optimisme bahwa mimpi itu pasti terwujud. Harus punya nafas perjuangan
yang panjang agar mimpi kita terwujud. Berapa lama jarak antara mimpi
Nabi Yusuf dan realisasi kekuasaan beliau? Salah satu riwayat
menjelaskan, jarak itu adalah 40 tahun. Kesabaran Yusuf itulah yang
menjadikannya dimenangkan Allah Taala.
Kesabaran adalah faktor
yang sangat penting dalam suatu perjuangan. Kisah Nabi Yusuf AS antara
dibuang saudara-saudaranya dengan realitas mimpi ayahnya nabi Yaqub,
bahwa saudara-saudara akan menyembah/sujud kepada nabi Yusuf adalah
sekitar 40 tahun. Riwayat lain menyebutkan 80 tahun. Jatuh bangun dalam
perjuangan kebenaran adalah biasa dalam pendakian menuju kemenangan.
Yang pasti, kita harus terus naik, meskipun dalam perjalanan naik itu
kadangkala butuh istirahat. Jadi miliki nafas yang panjang dalam
perjuangan, jangan patah arang.
Siapa yang akan menang, adalah
mereka yang berumur lebih panjang: stamina tetap, teknik semakin baik.
Pemimpin Bosnia kala tahun 1994 diwawancarai oleh Fox News ditanya
tentang masa depan Bosnia, beliau mengatakan, “Yang memenangi peperangan
ini bukanlah yang membunuh lebih banyak jiwa, tetapi siapa yang bisa
hidup lebih lama.” Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya Serbia
pergi dan Bosnia berdiri merdeka.
Yakinlah kapan pun itu kita akan
tetap menang pada akhirnya. Mana lebih lama umur negara atau agama?
Imperium Romawi-Yunani sekarang mana? Tapi agama yang dulu pernah mereka
kalahkan sampai hari ini masih tetap ada. Maka karena hakikat
perjuangan adalah perjuangan agama, maka perjuangan ini akan selalu
menang! Politisi menciptakan voters, tapi agama menciptakan followers.
Kuat mana voters dan followers?
4. Mindset
Baik
Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS, maupun Nabi Sulaiman AS, ketiganya punya
mindset sebagai PEMENANG, bukan sebagai pengabdi. Doa Nabi Sulaiman AS
yang sangat dahsyat, rabbii hablii mulkan laa yanbaghii li ahadin min
ba’dii. Nabi Sulaiman AS minta negara dan ia minta negara itu tidak
diberikan kepada selainnya. Nabi Sulaiman AS bukan hanya minta negara,
tapi negara yang tak diberikan Allah kepada setelahnya. Karena itu,
berdoalah seperti doa Nabi Sulaiman AS. Karena doanya, menurut riwayat
istri Nabi Sulaiman AS berjumlah 99 orang, bahkan istri Nabi Daud AS
sebanyak 1000 orang. Berdoalah kepada Allah agar kita diberikan
kekuasaan yang dengannya kita memperbaiki umat dan bangsa ini. Bahkan
lebih daripada itu, kita akan tunjukkan peran kita di muka bumi ini.
Wallahu a’lam. (dkt-usb)